Pemimpin Karbitan
Kebiasaan salah kaprah namun sudah mentradisi di mana setiap pergantianpemimpin selalu diikuti dengan perombakan pejabat pada level berikutnya.
Kenyataan tersebut bukan merupakan rahasia umum lagi, karena sukses yang
diraih seseorang untuk dapat duduk di singgasana kekuasaan sebagai
seorang pemimpin ditentukan oleh banyak faktor. Ia tidak bisa bekerja
sendirian mengelola roda organisasi, namun memerlukan orang-orang yang
memiliki kesamaan pandang tentang organisasi yang dipimpinnya. Sehingga
wajar saja jika ia akan membawa serta "orang-orang pujaan" sebagai tim
yang solid dan kokoh menuju kejayaan organisasai.
Pertanyaannya siapakah orang-orang pujaan itu? datang dari mana mereka?
Apakah mereka memiliki kompetensi sesuai dengan tunututan organisasi.
Atau mereka datang karena masih satu garis keturunan, masih ada hubungan
kekerabatan, ada sejarah masa lalu tentang dirinya, atau karena
ketokohannya, atau karena faktor transaksional. Banyak pihak yang
mempertanyakan penetapan dan pengangkatan orang-orang pujaan tersebut.
Motif Transaksional
Idealnya seorang pemimpin yang ingin mengembangkan dan menyehatkan
organisasi akan menarik gerbong kereta dengan tujuan yang sama, sehingga
ia akan membawa serta orang-orang pujaan karena didasarkan pada upaya
meningkatkan daya saing organisasi. Dengan dasar pertimbangan tersebut
maka dipastikan organisasi akan mampu mencapai keseimbangan dan
harmonisasi menuju visi dan misi yang telah dirancangnya. Untuk
mendukung visi tersebut organisasi harus diisi orang-orang yang
memiliki integritas tinggi yang berani menyatakan tidak, jika memang
bertentangan dengan prinsip kebenaran. Orang yang integritasnya baik
secara naluriah akan mencari teman pujaannya yang memiliki integritas
yang baik pula, karena tipologi manusia, biasanya orang baik cenderung
ingin berkumpul dan berada dalam satu tim dengan orang yang baik juga.
Namun sebaliknya jika teman pujaan yang dibawa karena didasarkan faktor
transaksional, faktor kedekatan, faktor garis keturunan, faktor tim
sukses, dan faktor lain diluar tuntutan profesionalisme dan kompetensi
jabatan; maka lambat atau cepat anda sebagai seorang pemimpin puncak
akan terjebak dalam ruang kegelapan. Anda akan menghadapi banyak
persoalan, karena punggawa-punggawa pujaan yang anda bawa ternyata
mempunyai pola pikir yang berbeda dengan Anda. Mereka tidak bisa
berpikir stratejik untuk kemajuan organisasi, mereka tidak ingin
mewujudkan aktualisasi diri menuju peningkatan daya saing. Mereka tidak
paham dengan konsep pengembangan organisasi, dan yang mereka pikirkan
adalah motif transaksional serta barter kekuasaan dengan keuntungan
pribadi. Organisasi yang terbentuk dengan sistem ini akan menghadapi
banyak problematika internal yang dapat menghambat kemajuan dan prestasi
organisasi. Orang-orang pujaan yang diangkat dan dibawa serta dengan
dasar transaksional akan melahirkan pemimpin karbitan.
Pemimpin Karbitan
Pemimpin karbitan adalah seorang pemimpin yang diangkat bukan karena
profesionalisme dan kompetensi pribadinya, namun terlahir karena faktor
rekayasa dan konspirasi politik praktis. Mereka selalu berupaya untuk
mempertahankan kekuasaannya dengan berbagai cara sehingga kekuasaan itu
tidak jatuh ke tangan orang lain atau kelompok lainnya. Kenapa mereka
berusaha mempertahankan kekuasaan? Karena mereka telah merasakan betapa
nikmatnya memegang kekuasaan. Mereka lupa bahwa kepemimpinan merupakan
amanah yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Mereka lupa makna
kepemimpinan sejati yang harus dijalankan.
Mengutip pendapat Arvan Pradiansyah dalam bukunya You Are A leader
menyatakan bahwa hakikat kepemimpinan bukanlah semata-mata persoalan
memimpin negara, perusahaan, organisasi dan partai politik. Kepemimpinan
adalah mengenai diri kita sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku kita
sehari-hari. Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal sederhana seperti
berbakti kapada orang tua, mengantar istri berbelanja, membacakan cerita
untuk anak, tidak berbohong, mengunjungi kawan yang sakit,
bersilahturahmi dengan tetangga, mendengarkan keluh kisah seorang
sahabat, maupun mengemudikan mobil di tengah kemacetan lalu lintas.
Karena itu untuk menumbuhkan kepemimpinan, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan.
Pertama, menyadari bahwa nasib berada di tangan Anda sendiri. Andalah
yang merupakan sutradara terhadap kehidupan Anda. Tuhan tak akan
mengubah nasib Anda kalau Anda sendiri tidak berusaha mengubahnya.
Kedua, sebagai sutradara Anda harus menuliskan skenario hidup Anda.
Andalah yang paling tahu apa yang penting dan apa yang tak penting dalam
hidup Anda. Di sini Anda harus memutuskan nilai-nilai yang Anda akan
jalani dalam hidup. Ketiga, menulis skenario saja tidak cukup. Anda
harus menjalankan skenario Anda tersebut. Setelah itu Anda harus
memutuskan untuk hal-hal yang penting, yang sudah Anda putuskan sebagai
nilai-nilai Anda.
Dengan melakukan ketiga hal tersebut Anda akan mampu memimpin diri Anda
sendiri. Hal ini adalah sebuah tindakan yang sangat setrategi. Memimpin
diri sendiri adalah prasyarat sebelum kita dapat memimpin orang
lain."Ini merupakan suatu tahapan dan proses yang tak bisa dibalik.
Banyak pemimpin yang memimpin orang lain dulu sebelum mampu menaklukkan
diri dan nafsunya sendiri. Ini menyalahi hukum alam, karena itu
konsekuensinya mereka akan mengalami kegagalan. Begitu juga dengan
proses menumbuhkan kepemimpinan. Anda harus menjalaninya dari hari ke
hari. Menumbuhkan kebiasaan yang baik, dan mengembangkannya hingga
menjadi karakter. Untuk itu tidak ada cara yang cepat. Kepemimpinan
tidak dapat dikarbit, tetapi harus dijalani tahap demi tahap. Pemimpin
yang dikarbit adalah pemimpin yang semu dan tidak akan langgeng.
Kejatuhannya hanyalah masalah waktu. Mudah-mudahan Anda tidak termasuk
orang yang akan mengangkat pemimpin karbitan.(***)
Oleh: Machasin