Terbit pada:Rabu, 11 Maret 2015
Ditulis oleh: Unknown
Perubahan Perilaku Jadi Indikasi Rasa Tidak Nyaman Anak
![]() |
Penggambaran |
KEKERASAN seksual yang dialami oleh bocah di JIS, tentu menyisakan sesak di hati Sang Ibu. Namun, kita bisa belajar dari apa yang dilakukan oleh Si Ibu. Yaitu memiliki perhatian dan kepekaan terhadap perubahan perilaku anak. Seperti yang diungkapkan oleh Roslina Verauli, Psi., menyikapi kasus kekerasan seksual anak dibawah umur yang terjadi di lingkungan sekolah, hal tersebut bisa terungkap karena Si Ibu memerhatikan perubahan perilaku anak. Sebab, umumnya jika anak mengalami hal yang kurang nyaman atau pun hal buruk di rumah dan di sekolah, biasanya anak akan menunjukkan tanda.
"Memang gampang-gampang susah untuk membuat anak terbuka dan jujur atas apa yang dialami. Apalagi, kalau anak mengalami ancaman tentu dirinya akan berat hati bercerita. Tapi, sebenarnya secara alami anak akan menunjukkan perubahan sikap yang tidak biasa. Orangtua seharusnya bisa merasakan," katanya.
Ketika anak mendapatkan perlakuan yang nggak tepat, setidaknya ada lima hal yang kerap ditunjukkan dari perubahan perilakunya. Pertama, secara emosi, anak yang bisanya ceria akan lebih murung sedangkan untuk anak yang memang pendiam, dirinya akan lebih mudah marah. Malas ke sekolah atau menangis ketika ditinggal orangtua juga menjadi salah satu ciri anak merasa nggak nyaman di satu tempat.
Kedua, secara sosial, anak menjadi menutup diri lebih banyak diam saat ditanya. Atau anak akan menjawab 'nggak tahu'.
Ketiga, melalui karyanya. Ya, anak usia sekolah seringkali mengungkapkan kegelisahan, kemarahan dan ketakutannya melalui gambar. "Coretan anak itu harus diperhatikan. Misal, kalau anak menggambar dirinya sendiri saja, itu bisa menjadi arti dirinya kesepian. Atau anak menggambar mama papa berangkat ke kantor dan gambar dirinya jauh dari orangtuanya. Itu adalah bentuk kerinduan Sang Anak. Nggak hanya itu, warna pun bisa menjadi tanda. Kalau anak mewarnai dengan warna merah terus bisa jadi anak sedang emosi," papar Roslina Verauli, Psi.
Menurutnya, anak akan merepresentasikan kehidupan sehari-harinya melalui gambar yang dihayatinya. "Nah, perubahan perilaku lainnya yang bisa ditangkap oleh orangtua, anak kerap kali mengingau atau ngompol. Padahal, sebelumnya nggak pernah dilakukan. Seperti yang dialami bocah korban kekerasan seksual di sekolah, menurut cerita Sang Ibu, anaknya ngigau mengatakan ''stop, don't do that, go away from me,” urainya.
Dengan mengetahui perubahan perilaku pada anak, setidaknya orangtua pun menjadi lebih cepat mengetahui bahwa ada sesuatu yang terjadi pada anak. Ditambahkan oleh Roslina Verauli, Psi., kita pun bisa belajar dari cara Si Ibu korban dalam menggali informasi, yaitu memakai cara kreatif melalui tokoh kartun idolanya. Sebab, kebanyakan akan merasa nyaman bila bisa bercerita dengan orang atau tokoh yang disukai. Karena itu, cari tahulah tokoh kartun atau film kesukaan anak untuk mencari 'alat pancing' anak bercerita. Dan pastinya kita berharap tidak ada lagi korban kekerasan seksual pada anak dibawah umur lagi.(flc)