Terbit pada:Rabu, 18 Juni 2014
Ditulis oleh: Unknown
Peneliti Temukan Jejak Wabah Mengerikan dari Mesir Kuno
Dalam sehari, wabah ini membunuh 5.000 orang di Roma. Mimpi buruk.SEJARAH - Arkeolog menemukan sisa-sisa epidemi di Mesir. Temuan ini
menunjukkan bahwa penyakit yang menyebar itu merupakan mimpi buruk
penduduk kuno di wilayah itu.
Tim arkeolog dari Italian Archaeological Mission to Luxor (MAIL)
menemukan tubuh manusia kuno yang diselimuti lapisan kapur tipis. Di
masa prasejarah, kapur sering digunakan penduduk sebagai desinfektan.
Selain tubuh berlapis kapur, para peneliti juga menemukan tiga buat
tempat pembakaran untuk memproduksi kapur.
Di tempat itu ditemukan juga api unggun berukuran besar berisi sisa-sisa
tubuh manusia. Diduga para penduduk yang terjangkit penyakit dikremasi
di atas api ini.
Dilansir melalui FoxNews, Rabu 18 Juni 2014, ditemukan tembikar di situs
itu. Dari tembikar tersebut, para peneliti menduga jika peristiwa
mengerikan itu terjadi pada abad ke-3 lalu. Saat itu, serangkaian
epidemi bernama 'Wabah Cyprian' melanda kekaisaran Roma, termasuk Mesir.
Santo Cyprian adalah pendeta dari Chartage, sebuah kota di Tunisia, yang
menggambarkan wabah itu sebagai sinyal akhir dunia. Dalam sehari, wabah
ini diduga membunuh lebih dari 5.000 orang di Roma. "Wabah itu muncul
tahun 250-271 Masehi. Kami menemukan situs ini dan mulai menguak fakta
di dalamnya sejak 1997 hingga 2012 lalu," ujar Direktur MAIL Fransesco
Tiradritti.
Menurut Tiradritti, monumen yang diekskavasi oleh timnya dibangun pada
abad ke-7 sebelum masehi untuk pelayan besar di jaman itu yang bernama
Harwa. Setelah kematian Harwa, Mesir masih menggunakan situs itu untuk
pemakaman. Posisi Harwa kemudian digantikan Akhimenru.
Akhimenru pun dimakamkan di tempat ini. Namun setelah digunakan untuk
pembuangan mayat akibat wabah mematikan, monumen itu mulai ditinggalkan
dan tidak pernah digunakan lagi.
Kiamat
Penduduk Cyprian meninggalkan naskah yang menggambarkan penderitaan
korban wabah sebelum meninggal. "Perut berada dalam kondisi aliran yang
konstan, melemahkan kekuatan tubuh dan seperti ada api berasal dari usus
dan menjadi luka di sekitar mulut. Usus terguncang terus menerus
diiringi muntah yang berkelanjutan, mata terbakar karena darah yang
disuntikkan. Dalam beberapa kasus, kaki dan bagian tubuh lain, diambil
untuk menghentikan wabah dan pembusukan penyakit".
Dalam naskah selanjutnya, yang diterjemahkan oleh Tiradritti,
menunjukkan betapa penduduk Cyprian sangat percaya jika dunia akan
kiamat. "Kerajaan Tuhan, saudara-saudara tercinta, mulai berada di ujung
akhir; pahala dalam hidup, dan sukacita keselamatan yang kekal, suka
cita abadi akan mulai beranjak ke surga, datang, seiring akhir dunia".
Meskipun wabah itu tidak serta merta membuat dunia kiamat, namun
kerajaan Roma mulai melemah. "Wabah itu membunuh dua raja. Hostilian di
251 Masehi dan Claudius II Gothicus pada 270 Masehi," ujar Triadritti.
Diteliti oleh ilmuwan modern, wabah ini digambarkan mirip dengan cacar
atau campak. Meski mereka memiliki sisa tubuh manusia jaman itu,
Tiradritti khawatir jika peneliti tidak akan bisa mengekstrak DNA
mereka.
Temuan ini berlokasi di Thebes. Tepatnya di Funerary Complex of Harwa
dan Akhimenru di Museum Kota Kuno Thebes, Mesir. Lokasi ini telah di
ekskavasi sejak 1995 dan menjadi monumen pemakaman terbesar di Mesir.
Ini merupakan monumen penting untuk mempelajari masa keemasan Mesir,
yang dikenal dengan 'Kebangkitan Firaun" yang berlangsung sejak abad
ke-7 sebelum masehi hingga pertengahan abad ke-6 sebelum Masehi. (vvn)